Pada tanggal 7 November 2024, Kampus Wonju Yonsei University menjadi tempat bagi presentasi oral yang menarik dari Raisha Nuranindita, mahasiswa magister epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Raisha mempresentasikan penelitian tesisnya yang berjudul “Karakterisasi Molekuler Rattus sp. sebagai Reservoir Potensial Leptospirosis di Indonesia” yang menyoroti penyakit zoonosis yang penting dan implikasinya terhadap kesehatan masyarakat di negara asalnya.

Undangan untuk mempresentasikan penelitiannya di ajang akademis bergengsi ini datang dari Prof. Jeon-Bo Young, seorang akademisi ternama di Yonsei University. Raisha didampingi oleh dosen pembimbingnya, Dr. Muh Fauzi, dan rekan-rekannya dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, yang mencerminkan semangat kolaborasi dan dukungan akademis yang kuat.

Leptospirosis adalah penyakit bakteri parah yang disebabkan oleh Leptospira, yang ditularkan melalui kontak dengan air yang terkontaminasi oleh air seni hewan yang terinfeksi, termasuk hewan pengerat. Di wilayah seperti Indonesia, di mana banjir dan sanitasi yang buruk dapat memperburuk risiko wabah penyakit, leptospirosis tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan. Penelitian Raisha berfokus pada karakterisasi molekuler spesies Rattus, yang banyak ditemukan di Indonesia, untuk memahami peran mereka sebagai reservoir potensial untuk penyakit ini. Dengan menggunakan teknik molekuler yang canggih, penelitiannya mengidentifikasi penanda genetik spesifik yang dapat mempengaruhi dinamika penularan dan virulensi bakteri.

Presentasi Raisha menguraikan pendekatan penelitiannya yang komprehensif, dimulai dengan pengambilan sampel di lapangan dan identifikasi spesies hewan pengerat di beberapa daerah yang rawan leptospirosis. Dia kemudian mempelajari analisis laboratorium yang menggunakan metode molekuler mutakhir, seperti PCR (Polymerase Chain Reaction) dan pengurutan, untuk mendeteksi DNA Leptospira di dalam hewan pengerat. Temuan ini mengungkapkan wawasan penting tentang interaksi antara spesies Rattus dan Leptospira, memberikan data yang berharga untuk menginformasikan kebijakan kesehatan masyarakat dan strategi intervensi.

Implikasi dari penelitiannya tidak hanya terbatas pada dunia akademis. Dengan menyoroti peran penting hewan pengerat dalam menopang penularan leptospirosis, karya Raisha mengadvokasi respons kesehatan masyarakat yang terintegrasi. Hal ini mencakup peningkatan sanitasi lingkungan, peningkatan langkah-langkah pengendalian hewan pengerat, dan kampanye pendidikan publik untuk mengurangi paparan manusia terhadap sumber air yang terkontaminasi. Penelitiannya juga menyerukan sistem diagnostik dan pengawasan yang lebih baik untuk mengidentifikasi wabah secara dini dan mencegah eskalasi penyakit.

Mempresentasikan temuannya di Universitas Yonsei memungkinkan Raisha untuk berbagi keahliannya dengan para akademisi dan profesional kesehatan masyarakat internasional. Lingkungan akademis mendorong diskusi yang dinamis tentang relevansi global penyakit zoonosis dan perlunya kolaborasi lintas batas dalam mengatasi tantangan kesehatan bersama. Presentasinya menunjukkan bagaimana penelitian lokal, seperti penelitiannya tentang populasi Rattus di Indonesia, berkontribusi pada inisiatif kesehatan global yang lebih luas dengan mengatasi akar penyebab penularan penyakit dalam konteks tertentu.

Pengalaman ini menandai tonggak penting dalam perjalanan akademis Raisha. Sebagai perwakilan dari Universitas Diponegoro, ia mencontohkan standar penelitian yang tinggi yang muncul dari komunitas akademis Indonesia. Karyanya tidak hanya menyoroti tantangan kesehatan masyarakat yang kritis yang dihadapi oleh negara-negara berkembang, tetapi juga menunjukkan potensi peneliti muda untuk berkontribusi secara bermakna dalam wacana kesehatan global.

Kampus Wonju Universitas Yonsei, yang dikenal dengan komitmennya untuk mendorong pertukaran akademis, menyediakan platform yang ideal bagi Raisha untuk berinteraksi dengan para ahli dan rekan-rekannya yang terkemuka. Presentasinya disambut dengan penuh minat, memicu diskusi tentang peluang penelitian di masa depan, terutama di bidang manajemen penyakit zoonosis dan ekologi hewan pengerat.

Presentasi Raisha menjadi pengingat yang kuat akan pentingnya penelitian kolaboratif dan pertukaran pengetahuan dalam mengatasi penyakit yang melampaui batas-batas geografis. Karyanya menggarisbawahi peran penyelidikan ilmiah yang ketat dalam memecahkan masalah dunia nyata dan mencerminkan dedikasinya untuk memajukan kesehatan masyarakat di Indonesia dan sekitarnya.