Akhir tahun 2024 dikejutkan dengan temuan kasus terduga campak di Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali. Tak tinggal diam, tim kesehatan bersama mahasiswa peminatan Field Epidemiology Training Program (FETP) Magister Epidemiologi UNDIP, Lorda Presenta, langsung turun ke lapangan untuk melakukan penyelidikan mendalam demi memetakan penyebaran dan sumber penularannya.

Hasilnya? Hanya dalam dua minggu, tujuh anak laki-laki berusia 6–17 tahun dilaporkan terjangkit! Satu kasus telah terkonfirmasi positif campak, sementara enam lainnya masih berstatus terduga. Penularan diduga terjadi di lingkungan rumah dan sekolah—dua tempat yang seharusnya menjadi zona aman bagi anak-anak.

Gejala klinis yang menyerang para pasien ini tak bisa dianggap remeh: 100% mengalami demam tinggi dan ruam di seluruh tubuh. Tak berhenti di situ, sebagian juga menderita batuk (28,6%), mata merah (28,6%), dan pilek (14,3%).

Namun fakta yang paling mengkhawatirkan adalah minimnya cakupan imunisasi. Hanya satu dari tujuh anak yang pernah mendapatkan vaksin MR (Measles-Rubella) saat bayi/balita. Meski tiga dari empat anak lainnya telah menerima vaksin booster MR di kelas 1 SD —menegaskan betapa vitalnya pemerataan imunisasi untuk membangun kekebalan kelompok.

Dinas Kesehatan tak tinggal diam. Dua langkah tegas langsung direkomendasikan: tingkatkan cakupan imunisasi dasar di seluruh Desa Jrakah, beri dispensasi sakit 1–2 minggu bagi anak yang terinfeksi untuk memutus rantai penularan. Pesan pentingnya jelas: Campak bukan penyakit sepele! Lindungi anak-anak kita dengan imunisasi lengkap, karena pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati.