Magelang – Lonjakan kasus penyakit mumps (gondongan) terdeteksi di salah satu SD di Kota sejak akhir Agustus 2024. Penyakit yang disebabkan virus Paramyxovirus ini ditandai dengan nyeri dan pembengkakan kelenjar parotis, dan dapat menyebar cepat melalui kontak erat. Laporan awal berasal dari Puskesmas Magelang Tengah melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Dinas Kesehatan Kota Magelang.

Menanggapi laporan tersebut, pada 11 November 2024, tim yang terdiri dari tim Surveilans dan Imunisasi Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Magelang, Puskesmas Magelang Tengah, serta Arlyn – mahasiswa Field Epidemiology Training Program (FETP) Universitas Diponegoro – melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) di sekolah.

Investigasi meliputi pendataan gejala, identifikasi kontak erat, dan penelusuran faktor risiko. Sosialisasi pencegahan mumps juga diberikan kepada warga sekolah. Hasil PE mengungkap 4 kasus baru, sehingga total terdapat 12 kasus. Prevalensi kasus mencapai 14,06% pada siswa laki-laki dan 6% pada siswa perempuan. Siswa kelas 1 mencatat jumlah kasus terbanyak (5 siswa), sementara tidak ditemukan kasus di kelas 5. Analisis juga menunjukkan penurunan insiden seiring bertambahnya usia siswa.

Hasil uji statistik menunjukkan faktor bepergian signifikan meningkatkan risiko terinfeksi mumps hingga 11,5 kali dibandingkan siswa yang tidak memiliki riwayat perjalanan. Analisis kurva epidemiologi yang dilakukan oleh Arlyn memperlihatkan puncak kasus terjadi pada tanggal 5–11 November 2024, yang diperkirakan periode paparan terjadi pada tanggal 15–21 Oktober 2024.

Arlyn, selaku mahasiswa FETP dan tiga mahasiswa magister epidemiologi yang terlibat dalam PE, merekomendasikan langkah pencegahan kepada Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan pihak sekolah, antara lain: meningkatkan sensitivitas surveilans penyakit menular melalui kerja sama sekolah–puskesmas, pemantauan aktif kesehatan siswa dan pelaporan rutin ke puskesmas, memberikan izin belajar dari rumah bagi siswa yang sakit hingga pulih, menyediakan media promosi kesehatan tentang penyakit menular di sekolah, sert memperkuat monitoring dan evaluasi pelaporan, pencegahan, dan pengendalian penyakit menular.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan sinergi antara sekolah dan layanan kesehatan dapat mencegah penyebaran penyakit menular di lingkungan pendidikan, sekaligus menjadi pembelajaran penting bagi upaya pengendalian wabah di masa depan.