Penyakit mumps (gondongan) merupakan penyakit menular akibat infeksi virus golongan Paramyxovirus yang ditandai dengan adanya rasa nyeri dan pembengkakan pada kelenjar parotis. Virus mumps mudah menyebar melalui droplet cairan saliva atau mucus dari mulut, hidung atau tenggorokan di udara saat penderita batuk, bersin, berbicara.

Penularan mumps dilaporkan Puskesmas Magelang Tengah melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Dinas Kesehatan Kota Magelang. Setelah dikonfirmasi, diketahui kasus ini mayoritas menimpa anak usia sekolah.

Pada tanggal 11 November, Ibu Bhekti bagian Surveilans dan Imunisasi Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Magelang bersama Puskesmas Magelang Tengah serta Arlyn Mahasiswa FETP Undip melakukan investigasi di SDN 4 Magelang. Hasil investigasi menunjukkan kasus mumps telah ditemukan sejak 25 Agustus hingga 11 November 2024

Keesokan harinya, mahasiswa FETP Undip melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) di sekolah tersebut. Kegiatan ini mencakup investigasi kontak, pendataan gejala, serta identifikasi faktor risiko bagi seluruh siswa. Sosialisasi juga dilakukan untuk meningkatkan kesadaran warga sekolah terhadap pencegahan dan pengendalian mumps.

Hasil PE diketahui terdapat hubungan epidemiologi pada 12 kasus mumps di sekolah ini. Kasus terbanyak ditemukan di kelas satu (5 siswa), diikuti kelas dua (2 siswa), kelas tiga (1 siswa), kelas empat (2 siswa), dan kelas enam (2 siswa). Gejala nyeri rahang bagian belakang ditemukan pada seluruh penderita. Diduga, penyebaran terjadi karena beberapa siswa tetap masuk sekolah meski masih bergejala sebelum akhirnya dianjurkan belajar dari rumah, adanya perilaku berbagi alat makan dan minum serta perilaku bergerombol ketika siswa sedang bermain atau belajar.

Menurut hasil analisis kurva epidemiologi, kemunculan gejala mumps pada beberapa kasus mengalami peningkatan setelah kasus pertama. Jenis kurva epidemiologi kejadian ini adalah jenis point source yaitu setelah kasus pertama terjadi peningkatan signifikan pada minggu tertentu yang kemudian mengalami penurunan. Terlihat dari kurva tersebut, kemungkinan besar kasus mumps ini berasal dari satu sumber penularan umum yang mengenai beberapa siswa dalam waktu yang berdekatan. Hasil uji statistik, diketahui faktor berbagi alat makan dan riwayat bepergian berhubungan dengan penularan mumps di SDN 4 Magelang.

Sebagai langkah tindak lanjut, Arlyn menyampaikan rekomendasi kepada Dinas Kesehatan Kota Magelang, Puskesmas Magelang Tengah, dan pihak SDN 4 Magelang, diantara lainnya adalah:

  1. Peningkatan sensitivitas surveilans penyakit menular melalui kerja sama puskesmas dan sekolah.
  2. Pemantauan kesehatan siswa secara aktif dan pelaporan rutin ke puskesmas.
  3. Pemberian izin bagi siswa yang sakit untuk belajar dari rumah hingga sembuh.
  4. Penyediaan dan distribusi media promosi kesehatan tentang penyakit menular di sekolah.
  5. Peningkatan monitoring dan evaluasi dalam pelaporan, pencegahan, dan pengendalian penyakit menular oleh Dinas Kesehatan.

Dengan upaya ini, diharapkan penyebaran mumps di SDN 4 Magelang dapat terkendali dan kasus serupa dapat dicegah di masa mendatang.